"Black Rainbow.."


"Mungkinkah ini cinta? Ataukah sayatan hati yang tak kunjung luka..?"

Bilahan pisau itu mengundang tangis. Jeritan nya mencabik-cabik beban yang menggumpal. Emosi nya bergejolak. Namun bola mata nya tak pernah menyapu keheningan. Selalu saja menatap dua angsa yang tengah asyik bercengkrama. Ia sendirian. Hanya tangis yang setia mendampingi nya. Mutiara terakhir tak mampu membuatnya puas. Bibirnya memerah. Ia termenung di atas penampang kecil beralaskan air hujan. Pikiran nya menerawang jauh saat pelangi kebahagiaan masih mewarnai hidupnya.

Nama nya Jingga. Ia selalu merengek. Kuas nya selalu menyerek warna pelangi yang berantakan. Kanvas nya berlumuran hitam. Hitam kelam serupa beban. Persis seperti pandangan nya saat ini. Hitam dan hitam. Tak sedikitpun terbercik cahaya di sudut mata nya. Semuanya gelap.

Tiba-tiba seseorang menepuknya dari belakang. 
"Jingga? Lukisan apa ini?" . Kemudian sambil terbata bibir nya mengucap satu kata,  "Pelangi."
"Pelangi? Hitam?" ucap seorang lelaki jangkung dengan jacket berwarna cokelat.
"Ya." ucap nya singkat.


Dalam hati Jingga berucap ,
"Kamu tak akan pernah tahu apa alasan ku membuat semua nya hitam. Karena hanya ini yang dapat aku lukiskan. Hitam. Ya, hanya hitam. Hitam seperti pandangan ku saat ini, yang tak mampu melihat wajahmu secara jelas. Aku...... aku hanya bisa melukiskan nya dengan warna hitam, hitam seperti perasaan ku saat ini. Redam dan mati karena terlalu sakit dibuatmu."



terinspirasi "Pelangi Jingga."


-SanDeb- 

Komentar

Postingan Populer