"..............."


"Ini yang paling aku benci. CINTA.."

Awal Perkenalan...

Pikir ku terbesit akan hari special itu. Hari dimana dunia mampu kupatahkan. Hari dimana cinta datang mewarnai. Hari itu luar biasa. Membekas di hati bersama emosi. Cinta datang tanpa permisi, lantas pergi dengan sejuta mimpi. Itu yang kurasakan, saat aku menatap mata-mu

Hari Istimewa..

Kali ini berbeda. Jantung-ku berdegup kencang. Nadi-ku mengalun merdu. Ini-kah CINTA? Disaat merah menjadi putih, dan benci menjadi rasa? aneh. Tapi nyata. Bayang nya tersirat, feeling nya tersurat. Selembar kertas itu..... mengumandangkan dua angsa yang terjerat perangkap asmara. Berlenggak-lenggok menerawang air, saat tinta bertuliskan,
'Aku cinta kamu.' Singkat, namun sukses membuatku tersenyum bahagia. Sejak itu, kami bersama.

Dunia sempurna..

Kujilat lolipop cantik bercorak pelangi. Awalnya aku tak mau menjilatnya, kar'na aku tahu ini hadiah dari-mu. Namun serasa nya aku bodoh jika membiarkan kemanisan itu bertahan lama. Bukankah akan basi lalu terbuang?
Senja itu dunia sempurna. Sepeda kuno berdandan ramai keliling kota. Ditumpanginya dua sejoli remaja dengan oblong bertuliskan, 
"Aku dan kamu". 
Aku mengerjapkan mata-ku seraya berdoa. Aku beruntung bisa mengenal-mu.

Ada yang beda...

Siapa wanita itu? Wajahnya cantik sekali, ya. Rupanya ia dekat dengan-mu. 
Kuas luka kian terpoles dalam hati-ku. Meski awalnya rasa itu mirip serdadu, namun rupanya itu cemburu!
Ya, aku cemburu!

Kamu berubah.....

Sudah kuduga. Ada yang salah! Cahaya itu berubah arah. Tak pernah lelah tuk menggugah, indah cinta dalam asmara.
Ada apa ini?. Ibarat debu menantang angin. Serupa payung melawan hujan. Hati-mu mengeras. Selaras dengan kebencian. Pengkhianatan. Dua kata,
Kamu berubah.

Berakhir? Sadis...

Mata-ku sembab. Nada-ku sesenggukan. Punggung-ku terasa berat, namun kurasa, hati-ku lebih berat. Sore ini hujan turun. Aku menangis. Ternyata kamu lebih memilih dia. Riuh nya dedaunan seolah berbisik misteri. Tirai jendela seakan merangkul-ku dan mengusik perasaan-ku. Emosi ku meluap-luap tatkala aku melirik secarik kata darimu.
'Kita putus.'

Kemudian pening-ku terasa pecah. Urat-urat di sekujur tubuhku kian tertarik luapan emosi, Alunan piano mengiring kepahitan. Ku goreskan ujung silet itu hingga darah mengalir.
Lantas kutuliskan sebuah kata. Mungkin ini terakhir. Perhatikan baik-baik.


'Aku benci kamu. Aku benci cinta. Biarkan ini berakhir. Terimakasih atas sikapmu.'


Lalu aku menghilang, menghilang dan menghilang.
Serupa mayat tersapu gelombang.








"Cerita ini menggambarkan sosok pribadi yang kalah akan cinta.
Jangan ditiru!
Cinta memang buta, namun jangan biarkan cinta merampas hati, apalagi hidupmu." 







-SanDeb- 


Komentar

Postingan Populer