"......"

Perselisihan antara aku dan dia semakin memuncak.

"Lo yang salah!"
"Lo!"
"Lo!"
"Lo!"

Prangg! Seketika ia melemparkan piring cantik ke-arah lantai.
Malam itu kelabu. Menyedihkan. Gundah gurara menghinggapi hati-ku. Memahat luka sembilu.
Kami terdiam. Terpaku akan pedih-nya malam. Saling berpandangan.
Bola mata-nya merasuki jiwa-ku. jantung-ku berdegup kencang.
Wajah nya memerah. Aku paham betul, emosi masih menggerogoti pikiran nya.
Tak ada reaksi. Kesunyian tetap mendiami celah kebencian, hingga kulit-ku terperanjat oleh sebulir air langit.
Ya Tuhan, aku benar-benar geram. Mengapa pandangan nya tak pernah luput?

Kami masih terpaku dalam keheningan. Bulir-bulir air langit jatuh menyinggahi jagad raya. Namun tetap sunyi. Tak ada gairah. Hening.




Beberapa detik kemudian...



"Maafin aku ya." lantas tanpa kusadari tubuh nya mendekap erat raga-ku. Kini tak ada lagi jarak yang terkuak antara aku dan dia. Aku sanggup merasakan aroma parfum di tubuh nya.
Juga detik ini. Aku mampu meneliti detak jantung-nya.
Bukan sekedar itu. Aku sungguh merasakan hembusan napas nya tepat membelai rambut-ku.
Kini aku hanya mampu terdiam dan terbujur dalam dekapan nya.

Sungguh, ini pertama kali-nya aku merasakan dekapan hangat berbalut maaf di tengah rintik hujan.
Andaikan ia tahu apa yang kerap kurasakan saat ini............





-SanDeb-

Komentar

Postingan Populer