"Kematian." -diskusi bersama.


Sistematika kata yang akhirnya tergelincir dalam benak saya. Tajam. Satu kata yang pasti, terkuak berbagai pandangan dengan kelompok unggulan, meski kau tahu hal ini tak mampu ter-syairkan oleh pola pikirkan. Saya heran, mereka terkejut saat awal pekan lalu saya menggoreskan kata ini pada sebilah kertas lebar, se-lebar pemahaman saya akan ke-nekat-an yang telah saya lakukan. Kawan, coba bayangkan. Definisi apa yang terbesit dalam benak-mu saat diskusi ini menyuarakan tentang kematian? Atau mungkin kau menempatkan-ku sebagai sosok remaja yang mengalami defisiensi akan dimensi kehidupan? Sebetulnya suatu ke-unik-an. Tapi ku rasa hal ini terdengar seperti ejekan yang memojokkan atau-pun penyudutan yang kian beralih menjadi kekecewaan.
Berawal dari pemahaman.

Kematian merupakan pelepasan cara hidup duniawi lantas mendapati kemenangan untuk hidup bersama Tuhan. Setuju? Mungkin. Kar'na aku tahu pandangan kita bercabang-cabang membentuk saluran pemikiran, ibarat bronkhus yang terbagi menjadi cabang bronkiolus. Tertera pernyataan kemenangan. Lantas mengapa bulu-kuduk tetap terbangun saat mendengar indikasi ini? Ketakutan? Kegelisahan? Atau mungkin ke-tidak-sanggup-an menjabarkan liuk-liuk dosa yang terus menghantam hati-mu? Lalu apa makna pertobatan? Bukan-kah tak ada kata terlambat selagi niat berangkat dalam ketulusan? Mungkin kematian merupakan pengawangan ataupun penyuaraan yang mampu membuat-mu (atau mungkin kita) terketir-ketir. Tapi setidaknya, ke-siaga-an ini mampu membuat kita optimis, belajar mengefisienkan waktu, serta menghargai aspek kehidupan, dan yang terutama mengutamakan Tuhan. Bukan-kah begitu? Atau mungkin kau punya pendapat lain? Mari kita diskusikan bersama. 

"Jangan takuti kematian. Yang terpenting ialah, lakukan yang terbaik dalam hidup-mu untuk kemuliaan nama Tuhan."

-SanDeb-

Komentar

Postingan Populer