"Tempat Misterius."

Kadang aku heran mengapa orang-orang menatap-ku seperti itu. Mereka melemparkan tatapan jijik ke arah-ku.

Tapi sebelumnya, perkenalkan.

Aku tak berwujud. Hanya mampu dirasakan. Setiap pagi aku membelai wajah-mu secara diam-diam.
Ku tatap wajah-mu rekat-rekat, mencoba menjelajahi pikiran-mu. Bayang semu terpacak jelas di cermin tua itu.
Kamu tetap terdiam. Layaknya seonggok mayat yang terbujur kaku.
Lantas ku-goreskan silet tajam itu ke arah bibir merah-mu. Lalu kudapati darah kental mengalir merdu.
Kini wajah-mu pucat pasi. Ku torehkan jemari-ku di atas darah itu. Memolesnya di telapak tangan-ku, hingga ku sadari kau adalah orang yang aku cintai.

Tiba-tiba sorotan mata-mu memancar lagi. Seumpama pagi yang haus akan matahari. Kau mematung persis dibalik bahu-ku. Menematkan senyum kematian beriring kepedihan.

Lantas kau gamit lengan-ku dan pergi menuju tempat misterius itu.
"Mari..." ucap-mu lembut.


-SanDeb-

Komentar

Postingan Populer