"Tragis.."

Gadis kecil itu kembali muram. Mata nya sembab. Pelupuk mata nya tergenang air suci. Ia terduduk layu di pinggir sungai. Meratapi bayangan semu paruh waktu. Raga nya masih terbungkuk kaku. Tangan nya lemas. Padahal hari larut malam. Lampu taman remang-redup di bawah pohon beringin. Mungkin sebentar lagi cahya nya hilang, tergantikan sinar rembulan yang sejak tadi menatap haru sang gadis, seolah ikut merasuki kehidupan nya. Angsa-angsa tengah berkelana mencari tempat sembunyi. Namun tetap saja sunyi. Tak ada reaksi.

Angin pedih berhembus. Beriring asupan debu realiti yang tak pernah letih menghampiri. Menusuk pori-pori sang gadis hingga gemericik hujan menghantui. Bulir-bulir air menyeceri jubah merah nya, seakan menggoyahkan tubuh sang gadis agar ia terbangun dari mimpi panjang nya.

Namun buat apa? Percuma!
Malam kamis kemarin ia telah mati terbakar emosi, ulah ego nya sendiri.
Ia tak lagi di sini. Tragis.






Ia..
telah..
Mati...





"Hati-hati dengan ego-mu. Kar'na ia merupakan musuh terbesar yang sanggup membunuhmu secara perlahan.."




-SanDeb-

Komentar

Postingan Populer