Cinta? Orang ketiga?



Aku menitihkan air mata di bawah payung semesta. Menatap ilalang bergoyang, bersembunyi, lalu hilang. Penyesalan menekan pundak-ku, hingga napas menjadi sesak. Aku meratapi perasaan yang kini menggelora di dada. Ingat betul rasanya beberapa tahun yang lalu, cinta datang dengan mesra-nya, mengisi tiap kekosongan yang kerap-kali menyilet-nyilet keseharian-ku. Dan seketika itu, aku jatuh cinta.

Dalam rentang waktu yang cukup lama, cinta mulai jenuh dengan segala macam bentuk bingkisan pembungkaman. Membisu, dengan status yang sama. Cinta mulai enggan menyapa tiap pagi-nya, atau memetik satu bintang kala malam menjelang. Ia lelah, gundah, entah apa puncak-nya, yang pasti jarak merentangkan dua insan yang dulu pernah bercumbu.

Kemudian, di tengah ketidakjelasan perasaan yang goyah, aku seakan menemukan cahaya penyinaran yang mampu mengolesi luka dengan tawa, tangis dengan ceria, serta merombak kembali puing-puing hati yang sempat terkubur rapat. Dan bila sinar itu terus tumbuh lantas mendatangkan orang ketiga,

Pantas-kah rasa asing yang kerap terasa disebut CINTA?



-SanDeb-

Komentar

Postingan Populer