Dan aku.

Dan aku. Sendiri. Membagi sebait kisah teka-teki.

Dan aku lelah menjadi lidah-lidah api. Memar hanya dengan sebilah korek api. Meski awalnya tugasku ialah menangkap suhu dingin, namun aku selalu ditakuti. Dengan iming-iming penghangatan, segenap ketakutan melumuri perapian. Kadang sisi bahu-ku terpentasi seni anak-anak pramuka. Namun tetap ditakuti. Ketenangan sementara membahana sampai langit kembali bersuara lagi. Pendar-ku basi bila hari melantangkan pagi. Aroma kegelapan mengelilingi. Apakah aku separah itu? Separah itukah aku? Hingga lidah merah-ku selalu diawangi kata-kata mati?




-SanDeb-

Komentar

Postingan Populer