.sahabat lama

saya sempat berpikir, apakah ada orang yang takut mengalami sebuah pertemuan, karena jauh di dasar hatinya, ia akan tahu, suatu saat nanti, akan ada satu titik, dimana segala sesuatunya harus berpisah.

***

seringkali, untuk menghadapi sebuah pertemuan baru, dunia baru, wajah-wajah baru, hal-hal baru, kita harus meninggalkan sebentar apa yang sudah kita lalui. Apa yang sudah kita punya, karena waktu berjalan dengan irama bergulir, bukan bolak-balik.

***


pada kenyataannya, saya pernah mengalami sebuah pertemuan.

pertemuan dengan sosok yang saya sebut sebagai: sahabat. 

dulu, ketika kita masih berayun dalam langkah yang sama, kita menganggap mimpi kita adalah kita, disaat kita melalui hari-hari kita dengan bahagia. kita tertawa dengan mudahnya, menangis dengan lepasnya, bahkan bertengkar dengan pola nya masing-masing.
 
saya dan dia, bersahabat sejak TK.

=====

berkali-kali saya menginap di rumahnya, melakukan kegiatan aneh bersama-sama, seperti mengikuti gaya monyet membentuk wajahnya, dengan lidah di selipkan ke rahang bagian atas.

atau kita mencari-cari game melalui jejaring internet, bermain masak-masakan, bermain fashion-show, menonton televisi, serta membuat kerajaan-kerajaan khayalan, dengan kedudukan dia sebagai pemimpin, dan saya sebagai anggota-nya.

saat itu saya tidak sadar, bahwa sebetulnya saya sedang menyusun bagian-bagian kecil dari sebuah kenangan.

***



ketika malam hari tiba, kami menonton televisi, kemudian selanjutnya duduk-duduk di atas pagar teras rumah, sambil menatap jauh ke arah langit.

kami mengamati, seperti mengenali diri kami sendiri.

kami mengamati seberapa jauh jarak bintang dengan bintang, serta bagaimana cara menjangkaunya.

kemudian kami mengacungkan jari telunjuk kami.

perlahan namun pasti, kami menyusuri satu per-satu arah hati kami melangkah, sambil menyanyikan lagu "kasih ibu kepada beta" dengan nada yang tidak karuan ☺ untuk selanjutnya membentuk sebuah rasi bintang bernama "ikan cucut dan cula badak."

saat itu, kami hanya bisa tertawa.

===

seusai lelah membuat kami begitu bahagia, kami memutuskan untuk tidur. 

saya masih ingat, betul-betul ingat, sebelum tidur kami melakukan renungan bersama. 

saya membaca alkitab, dan dia membaca buku renungan. 

kami membahas apa pesan yang ingin Tuhan sampaikan kepada kami malam ini, yang hendak kami kerjakan esok hari.

setelah itu, kami berdoa.

untuk kami, untuk mereka, dan seluruh orang-orang yang kami benci dan kami sayangi.

kami berbaring di atas ranjang sambil menatap langit-langit kamar. 

teringat aku, sahabat lama, sahabat masa kecilku, teman sebangku
kawan sejati, tak terlupakan, sekata secita-cita, mengukir angan
kami bersenda gurau, gembira.
belajar dan bekerja, berdua.
suka dan duka kami rasakan bersama
semua berlalu sudah
s'moga hidupmu, terus berbakti,
dan kita, di suatu hari, berjumpa lagi. 

(tasya-sahabat lama♫)

begitulah lagu yang perlahan-lahan menghantar kami ke alam mimpi.



***

keesokan harinya, ketika pagi membuka matanya lebar-lebar, kami terlebih dahulu bersuara.

kami mengambil bola basket untuk kami mainkan di lapangan, meskipun pada akhirnya, lebih banyak waktu untuk berbincang-bincang.

hingga siang meloloskan dirinya, kami bermain di atas bongkahan batu yang punya dasar tidak rata, sehingga ketika kami menumpangkan kaki di atasnya, kami akan bergoyang-goyang tak karuan. 

kami menyebutnya: gempa-gempaan ☺


***


percaya atau tidak, telah banyak yang kami lakukan. jika kami menghitung berapa detik, mungkin kami tidak bisa menghitungnya secara pasti, karena waktu ada untuk dilalui dan dirasakan, bukan dihitung secara matematis. 

bahkan ketika waktu perpisahan tiba, kami masih seperti orang tidur, yang penuh dengan mimpi.

kami belum sepenuhnya sadar, bahwa waktu telah membawa kami ke titik akhir pertama sebuah pertemuan.

saya menyebutnya pertama, karena saya percaya, masih ada pertemuan-pertemuan selanjutnya.

***

saya masih ingat, terakhir kali saya diminta untuk menghantarnya sampai bandara, namun sesuatu di belakang saya seakan-akan mengikat erat tubuh saya. saya diminta melakukan sebuah pekerjaan penting, sehingga saya tidak bisa memenuhi permintaannya.

saya hanya bisa menghantarnya pergi dari depan rumahnya.

kami melambaikan tangan, terus menerus. tidak pernah berhenti.

hingga semakin jauh, bayangnya memudar, dan tidak terlihat lagi.

***

 
kawan, kami telah membentuk lingkaran pertama persahabatan kami dengan rapi, meski kami lupa dimana letak titik mulanya. kami telah selesai menggoreskan lingkaran pertama kami dengan warna bermacam-macam, penuh impian.

dan kami percaya, kapanpun itu, selalu ada jalan pulang, bagi jiwa-jiwa yang saling menggenggam rindu.

seperti kami ☺

***








"dan kita, di suatu hari.. berjumpa lagi."

diam-diam, saya menyanyikan lagu itu, ketika mobilnya sudah jauh, dan tidak bisa lagi dijangkau oleh mata. 



.sandeb-


Komentar

Postingan Populer