./.

"karena pada dasarnya, setiap manusia tidak bisa melupakan.. seutuhnya."


***

"saya capek."

ia mengangkat pembicaraan.

saya masih diam. mengetuk-ngetuk meja kaca di depan saya. 

meja yang dingin dan berembun.

saya menarik napas. bingung mau jawab apa. memangnya dia kira saya tidak capek.


"saya juga capek!"

(saya mendengar suara hujan semakin menderas) 


hari ini, di hujung bulan desember, saya dan dia seperti orang aneh.

dia tidak seperti dulu. begitu pula saya.

***

"kamu bilang, kamu lebih suka kalau saya jujur. apapun itu.. kan?"

saya memejam mata. kali ini harus lebih berhati-hati.

"iya. terus?"

"ya saya mau jujur. saya suka sama temen kamu. dan saya udah gak punya rasa lagi sama kamu."

"jadi?"

"putus."

=============

entah bagaimana, kali ini kata "putus" tidak begitu ngeri.
padahal, saya tahu, sesudah ini, saya akan menangis.

***

saya mengatur napas sebentar.

"yaudah."

"kamu gak apa-apa?"

saya membuka mata. kali ini, walau hanya sekilas, saya menatap matanya-- sebal.

bodoh sekali laki-laki ini. dengan mudahnya bertanya seperti itu.

***

"gak apa-apa kok. nanti juga saya lupa sama kamu."

"oh, yaudah. saya boleh pergi?"

"silahkan."

***

kemudian kamu mengangkat langkah-langkah pendek.

saya masih duduk diam--- kaku.

melihat kamu semakin menjauh.

tak apa-apa. saya bilang saya tak apa-apa.

meskipun sebetulnya saya sangat-- merasakan apa-apa.

***

satu tahun kemudian..

ini hari ulang tahun kamu, kan? selamat ulang tahun, ya.
sudah lama kita tidak berjumpa.

kamu apa kabar?
"baik-baik saja?"

terakhir kali, saya lihat kamu melangkah ke depan.
jauh, memunggungi saya.
sendirian.

hahaha.

tapi ternyata satu tahun cukup untuk kamu jalan bareng sama dia
selamat ya.

walaupun saya tahu, saya masih sering ngikutin kamu.

cuma mau lihat keadaan kamu saat ini aja, kok.

gak lebih :-)

yaudah kalo gitu. sekali lagi, happy birthday!

baik-baik ya.

salam,.

***

kali ini saya diam.

saya benar-benar memahami bagaimana cara waktu berotasi. 

saya masih bisa menjangkau keberadaannya. masih bisa melihat tawanya seperti dulu, meski alasannya pasti berbeda.

saya tidak sedih, tidak juga bahagia.

saya hanya ingin berteman, mengikuti langkahnya dari belakang.

karena saya dan dia, tidak lagi berpijak pada satu dunia.

terimakasih untuk bisa melupakan saya.

engkau melangkah, saya juga melangkah.

meski saya, masih terus belajar melupakan; seutuhnya.



.sandeb-

Komentar

Postingan Populer