ssurylld.

.

dari rumah pertama, saya membaca amukan angin yang meniup tirai-tirai di tepi rumah kedua. rumah yang bersarang, tapi baru lahir seperti bayi yang baru ingin bertumbuh. aneka rasa (atau mungkin beberapa) masih menyisa di sana. seperti sebuah perpindahan: dari rumah satu ke rumah dua, dari rumah dua ke rumah satu.

ada rindu yang tumbuh di dalam kamar rumah kedua. saya menyaksikan pertumbuhannya lewat jendela di lantai kesekian. ia berasal dari langit yang menguap. anak-anaknya masih tertinggal dalam awan. mereka baru bisa menyusul ibunya ketika dewasa.

ada rindu yang kawin dengan sunyi. - saya membaca kalimat ini di rumah kedua. di laut, di dalam rumah kedua. ah, tidak. mungkin lebih tepatnya di tepi laut rumah kedua. saya yang menuliskannya, tapi seolah-olah, itu bukan saya.

entahlah, tapi saya biarkan rindu mulai menguasai rumah kedua saya. saya menitipkan segala rasa dan cerita sebagai asupan untuknya bertumbuh. lalu ketika ia sudah bisa merapal mantra sendiri, ia akan pergi lewat sisa-sisa celah di bawah kaki pintu.

selamat datang, rindu.


sebuah sambutan untuk rindu yang lagi-lagi datang:
(www.kompasiana.com/sdtibd)



.sandeb-

Komentar

Postingan Populer