degsa dan halaman tiga

(aku tak bisa melihat, hanya mampu menerka)

Degsa, katanya kamu mau melaju di halaman baru hari ini?

Seharusnya begitu.

Dahulu sekali, angka tiga yang tertera di bawah halaman selalu jadi terminal. Semacam duduk-duduk menunggu kapan siang selesai, dan petang itu mengiba.

Di halaman ketiga, pangeran mengirim kuda bersayap untuk menjemput sang putri. Di jendela, ia pakai gaun warna perak.

Matanya melesat jauh ke angkasa. Tapi sayang, sang kuda kelelahan dan tak jadi menjemput.

Sang putri menari sampai ribuan kali, demikian isi dari halaman empat sampai seratus.

Sampai seratus, pangeran buta dan tak berbuat apa-apa.

Aku lihat, Degsa terlelap. Tak mau menyentuh seratus satu.

Katanya, dia hanya rindu halaman tiga dan menanti di jendela.

Oh ya. Maaf kalau aku baru tahu. 


27 November 2013.

.sandeb-

Komentar

Postingan Populer