memperingati 2012.


Tik.. tok.. tik.. tok..

Pembohong. 
Kamu benar, orang yang memejamkan matanya detik ini, dan menghempaskan tubuhnya lemah di atas kasur adalah pembohong. Pesta akan dimulai tiga puluh menit lagi. Rasa kangen yang lama disimpan akan segera dihamburkan. Dada ini terasa panas, seolah enggan merangkul jeda, dan menagih sepi untuk terus dipompa. Ku hembuskan napas satu-satu, disesaki tanya yang tak berujung. Jawabku dibekap mendung yang menggantung, dan enggan mengguyurkan hujan, setidaknya gerimis untuk menyudahi kering yang merambah penuh di dada.
Malam ini, memori resmi menjadi serigala bagi gadis berkerudung merah. Akulah sang gadis. Habis sudah ku pasrahkan hati. Ampun. Ampun, aku. Udara yang ku cium saat ini hanyalah harum besi. Harapku berlayar jauh ke lorong tua sekolah yang tak begitu megah, dengan cat biru, dan kata yang menorehkan senyum di bibir dan membuat sendi-sendi lututku lemas.

Sepuluh menit berlalu..

Sejak tiga tahun lalu, keajaiban merasuki diriku tanpa permisi. Ia mencipta rasa yang membuatku suka berlama-lama di kelas hanya untuk menahan lapar dan berada denganmu dalam jarak yang dekat. Setiap pagi, di lantai tiga, di dekat balkon sekolah yang kecil dan tak seberapa, aku mengamati kamu yang datang dengan wajah datar, mengunci langkahmu yang lambat hingga duduk di kursi belakang kelas, meski tak ada sepatah kata yang mampu aku lontarkan, bahkan 'selamat pagi' sekalipun.
Aku pikir segalanya hanya berhenti sampai di situ, namun ternyata, Tuhan menitipkan rasa lebih yang sangat dalam, setiap hari semakin jauh ke dasar, membuat udaraku semakin sempit dan terisi oleh dimensi kehidupanmu. Sebagian rasa sakitmu, diletakkan Tuhan atas tubuhku, dan rasa bahagiamu, turut menggetarkan jiwaku. Ragaku meradang tiap kali kekosongan panjang menumpang di pundakmu. Aku hanya pasrah dan berserah.
Sejak aku berada dalam kandungan ibuku, aku tak pernah tahu kalau kelak usiaku lima belas tahun, tepat di tanggal ini, di detik ini, akan ada perubahan besar yang ingin Tuhan berikan kepadaku melalui kamu.

Dua puluh menit..

Aku tak habis pikir beginikah rasanya percaya penuh? Menjadi orang buta, tuli, dan bisu yang menyenangkan. Aku berjalan beberapa langkah di belakangmu. Aku tak sanggup melangkah sedikit lebih cepat, karena aku khawatir, aku akan sejajar denganmu. Aku takut pada sorot mata yang tegas meruntuhkan pertahananku. Mata yang sulit dihadapi. Ada banyak teka-teki yang bersarang dalam dirimu dan sungguh aku cintai. Berulang kali. Meski lebih baik begini. Biar ketidakpastian menjadi juara atas kita. Biar kamu terus mengejar cinta sejatimu. Biar tak ada hati yang terluka oleh kejujuranku. Biar lara menghujami aku. Cukup aku. Bukan sahabatku. Bukan kamu. Tapi aku. Cukup aku.

Biar aku menyapamu dalam doa. Aku percaya Tuhan mengasihimu jauh lebih besar dari kasih yang aku miliki terhadapmu. Maka tak ada lagi yang perlu aku khawatirkan. Biar jarak merentangkan tangan nya, dan sepi menjadi primadona.

Setengah jam kemudian..

Aku percaya kita akan berjumpa suatu hari nanti
entah dengan cara apa dan kondisi bagaimana.
Namun izinkan aku tinggal diam saat ini.
Dan tak beranjak.


-

.sandeb

Komentar

Postingan Populer