Kota Penagih dan Aksara Hujan

Kota ini serupa penagih liar
yang mengetuk pintu-pintu penduduk
menagih aksara
membungkuk di kaki pintu
ujarnya: beri aku kata-kata!

Hari itu lampu-lampu masih giat bekerja
Saudagar kaya masih lelap dalam kasur besarnya
Tak ada yang tahu kalau malam hanya menyisakan keringat di kerahnya
Dan pagi sibuk menorehkan huruf-huruf yang berjejer tegap seperti tentara
Tapi tak lekas ku temui panah
Atau senjata
Hanya ada pekarangan basah
Dan harum memori menguap dari ujung dedaunan
dari dada tanah yang kasar

Kota ini semakin hari semakin liar
Suara anak-anak
Potret perempuan
Bunyi pertunjukkan debus
Dan penantian tak berujung di sisi kanan jembatan
Segalanya hidup dalam bayang-bayang

Aku ingin menulis surat bagi kota penagih yang giat membungkuk di kaki pintu
Tapi hanya gumam dan derai yang terkunci di bibirku
Maafkan aku, kota
Tapi penaku kehabisan tinta
Dan kata-kata dipinjam arus masa
Bersatu padu dengan bau asap kenangan
Melebur jadi rintik hujan
Yang menghujami setiap jengkal tubuhmu
Juga atap rumahku pagi ini

Serang, 27 Desember 2014

.sandeb-

Komentar

Postingan Populer