bumi

Mungkin saja surat ini hanya gambaran untuk bumi yang dulu melingkupi sekujur tubuhku. Mungkin pula kata-kata yang aku torehkan di sini hanyalah ucapan terimakasih kepada manusia ajaib yang belum mengenal aku seinci jari pun, namun mampu mencintai aku utuh dan penuh. Mereka bernapaskan harap, dan berjanji sebuah peluk siap menyelimuti tubuhku yang kecil dan dingin. Aku tak paham arti sebuah pelukan, sebab saat-saat ini aku hanya mampu merasakan tulang tubuhku sendiri; kupeluk diriku erat dalam satu ruang yang kerap kunamai bumi tanpa angkasa. Aku mencintai bumi sekecil ini, dan bagiku sudah lebih dari cukup. Sebagian besar dari mereka bahkan seperti tak kenal waktu dan berjaga di depan pintu. Memberi aku doa yang akan kubawa sampai ragaku habis tak bersisa. Aku hanya sendiri di sini, membayangkan betapa hangatnya sebuah ruang, sebuah rongga, sebuah dekap, dan sebuah tempat yang dihuni oleh peluk itu sendiri.

Aku mampu merasakan degup kencang seorang lelaki yang mendampingi seorang wanita dibalik jendela kaca dan di tengah bau-bau suntikan. Aku pun sanggup merasakan denyut nadi seorang wanita yang paling aku cintai bertaruh soal hidup dan mati, dan tak menyisakan rasa takut barang setitik saja untuk mereka.

Kini sebongkah terang dan warna perlahan menghantarkan manusia kecil pada bumi yang luas dan megah.

Dan kepada dua manusia yang setia menjaga, di tengah lelahku petang hari,

Pa, Ma, aku rindu bumi yang kecil dan gelap itu.



.sandeb-

Komentar

Postingan Populer