Setia.

Dalam keheningan ini aku membagi kata-kata yang tidak mati; mereka hanya malu bersua lebih kencang, bernyanyi lebih lantang. Jika ini perjalanan panjang, tiada pernah sehela napas pun ku terbangkan segala tujuan hanya jatuh merangkak di atas pesisir putih yang meraung soal kepulangan, atau malam di tepi pantai dengan rayuan romansa cahaya api dan bintang; sebab Engkau lebih tinggi dari langit dan lebih dalam dari laut. Yang ada padaku, yang jelas tertinggi dariku, hanya ujung helai rambut di ubun kepalaku. Tiada tertandingi Engkau, sekalipun aku melompat di ujung menara dan meraih langit angkasa, serta tak pula terselami Engkau, sekalipun badanku menua dan membungkuk, telah kurengkuh dan kucium tanah tempatku berpijak ini.

Tuhanku, Engkau tiada terbatas, lebih bebas dari udara lepas dan segala yang habis dalam nalarku. Engkau lebih halus dari isyarat dan lebih tegas dari gelegar badai. Hati-Mu tiada yang mengerti, sebab sejauh dan sedekat jarak kami, hanya kasih yang terpancar dan merasuki, hidup dalam cahaya terang. Siapalah aku terjaga dalam setiap pandang-Mu. Engkau pencipta segala detik dan tiada pernah Kau tidur.

Kelelahan-Mu bukanlah saat Engkau tak pernah terlelap, sebab Engkau yang mencipta letih dan lelap. Kelelahan-Mu adalah, ketika kami saling mendengki dan lupa.

Ampuni kami, Tuhanku. Tuhan yang Maha Satu, kepadamu segala hidup. Jika aku hidup, maka hiduplah aku. Jika aku mati, maka hiduplah aku setelah mati bersama dengan-Mu. Ketika napas bukanlah pertanda bahwa aku hidup, detak jantung bukanlah syarat agar aku tetap pada napasku, maka Engkau adalah satu-satunya alasan, tanda, dan tujuan bahwa aku benar-benar hidup. Selamanya. Bersama-Mu.

Terimakasih atas jarak dan kerinduan. Terimakasih telah hadir sebagai Rahasia yang menduhkan dalam doa.

Terimakasih atas Kepunyaan-Mu yang Engkau materaikan di dalam aku.

Aku ingin hidup baru bagi Engkau, Sang Maha Kehidupan yang telah menghidupkan aku.

Tak peduli sunyi atau sorak-sorai, setiap manusia menemukan titik akhir jalannya untuk mengenal-Mu sampai akhir hayat, seterusnya, lebih dekat.

Dan aku dalam sunyi ini, Tuhan, bagi setiap manusia di dunia ini, di kehidupan ini, yang merapatkan tangan, melipat jemari, berlutut, dan cara-cara lain yang tiada hak bagiku menyentuh keteduhan jiwa mereka,

Aku percaya telinga-Mu tiada luput dari segala seru, lengan-Mu tiada lekang menopang, dan mata-Mu tiada habis menjaga.

Pegang dan peluklah kami, Tuhan yang Maha Satu, kami percaya.

sdt

Komentar

Postingan Populer