Pulang

Pulangku tidak ramai
Ia susut angin dibalik rinai
Sorot remang dibalik tirai

Pulangku lembut
Halus, penurut
Ia tidak ganas
Ia kini sungguh pulas

Aku bercakap dalam pulangku
Pada bangku-bangku stasiun yang lengang
Pada tembok-tembok bercat yang garang
Tentang sepasang mata
Sepasang terka
Sepasang iba
Yang hanyut dalam runut garis wajahmu
Jalan-jalan dari pipi hingga dagu
Yang membawa aku berseluncur di lehermu
Seperti bermain di tapak salju yang halus itu
Dan rebah tenang di muara pelukmu

Pulangku sayang
Masih selalu sepi
Sejak terahir kali kau bilang
Hendak pulang ke abadi
dan aku tak boleh serta
Sebab uang kereta sungguh tak murah
Kita hanya punya berapa rupiah
Kau egois ingin pulang dulu
Dan aku harus menabung di celengan kayu

Kadang senja aku hanya duduk saja
Seorang diri
Mencari-cari
Dimana letak abadi
Di kaki gunung berapi
Di sepanjang pesisir laut

Sejak engkau pergi ke tempat yang jauh itu
Aku kehilangan arti dekat
Aku tersesat
Aku tak tahu dimana pulangku

Aku mencoba mencari
Sedikit ramai dalam pulangku
Agar aku bisa tahu dimana abadi
Dalam denting gelas kaca yang beradu
Atau setengah botol anggur madu

Tetapi sayang
Pulangku tetap saja remang
Tidak terbayang
Sungguh sepi
Lelap menanti abadi

Komentar

Postingan Populer