di kota yang jauh dari kotaku sekarang


Di kota yang jauh, kadang ngeri membayangkanmu setiap subuh. Kita terhanyut dalam laut masa yang kalut, memberi segenggam jarak demi rasa yang tak lagi penurut dan kian terpaut.

Aku pernah menghadapi perpisahan sebelum ini-- kita pernah. Namun kali ini aku tak lagi merasa getir. Aku tahu kita tak lagi berada dalam perpisahan yang sama, tidak berdiri di bawah atap gedung yang sama-- nun di kota yang jauh dari tempatku sekarang, kau sedang mengangkat gelasmu di udara dan membuat bebunyian kecil, denting gelas kaca yang beradu dan terasa ganjil, seperti tiga tahun yang lalu saat kita merayakan perpisahan sambil sembunyi-sembunyi saling berjarak dan ku simpan rasa yang masih kerdil.

Aku tak perlu khawatir sebab malam perpisahan di kotaku saat ini, aku tak harus menjumpai sorot mata yang menelanku habis tak bersisa oleh tangan-tangan rasa yang tak lagi kecil-- menjulang tinggi bagai raksasa.

Aku berusaha menikmati malam perpisahan dengan sisa-sisa kepercayaan bahwa aku tidak sungguh menyedihkan berjalan sendirian. Setidaknya aku pernah tahu rasanya berjuang dan bertahan.

Dari kotaku sekarang, kau tahu aku melambungkan seluruh kelelahanku setinggi-tingginya, lewat baju merah dan rok hitam yang kupilih, lewat kegilaan yang kulepaskan, lewat lagu-lagu yang kudendangkan, lewat kata-kata yang ku torehkan,

Seluruhnya, utuh, luruh, mengangkasa hingga jatuh,

... saat aku percaya bahwa nun di kota yang jauh dari kotaku sekarang, kau sedang asik sendiri ditelan keramaian

bersama orang yang paling takut kau tinggalkan di malam perpisahan.

 
.
.
.
.

sdt-

Komentar

Postingan Populer