Setidaknya.


Kalau aku tak bisa menjadi lampu yang menerangi seisi kamarmu, paling tidak aku menjelma gelap yang terjaga di sudut-sudut meja dan lemari kayu, kolong tempat tidur, atau ruang sisa dibalik selimut besarmu yang berwarna biru gelap itu.

Kalau aku tak bisa menjadi segelas air putih yang kau teguk setiap pagi, paling tidak aku menjelma tetes alkohol terakhir yang kau teguk sebelum pulang dari pesta besar saat usai merayakan malam.

Kalau aku tak bisa menjadi tetes embun pagi yang menjamah jendela kamarmu dan kau sentuh setiap pagi, paling tidak aku menjelma asap rokok terakhir yang kau embuskan dengan segala penat menyudahi letih resahmu.

Kalau aku tak bisa menjadi dentum musik yang membuat seluruh sungai dalam dirimu mengalir dan bergerak hebat, paling tidak aku menjadi sunyi dan hening yang kau sadari saat kau sendiri, menjelma laut bagi air jiwamu pergi.

Kalau aku tak bisa menjadi magis bagi puisi-puisimu, paling tidak aku menjadi jarak yang membuat setiap kata-kata dan segala rentetan metafora itu bermakna.

Kalau aku tak bisa menjadi arti bagi tulisan ini, setidaknya aku menjadi tanda titik yang membuat segalanya selesai dan engkau mengerti.

Kalau aku tak bisa menjadi siapa,
setidaknya aku pernah menjadi apa-apa saja yang bisa kau peluk tanpa perlu kau eja namaku.

-- perjalanan di dalam kereta menuju Jakarta --

12 Juni 2016.

.sdt-

Komentar

Postingan Populer