Seorang Teman yang Selalu Sepi dan Tidak Mau Ditemukan
Sewaktu kecil aku suka
bermain congklak. Biji-bijinya yang kecil itu sungguh miskin aksara, hanya
sesekali nyaring ketika ringan berbenturan dengan lubang-lubang kosong di atas
papan kayu.
.
Kalau aku mampir ke
rumahmu yang lengang itu, mungkin aku akan menjumpai banyak kata terselip
dibalik seduhan kopi dan beberapa potong wafer yang kau suguhkan padaku. Kau
tahu, aku bukan bicara berapa manusia yang tinggal di dalam rumahmu, bukan
bangunan yang sanggup kita inderai itu. Aku bicara perihal rumah yang kau bawa
kemana saja, dan aku akan pergi ke rumahmu sesudah maghrib karena langit malam
biasanya menyimpan ruang yang cukup lebar untuk kau isi lewat kata-kata atau
percakapan; aku membayangkan duduk di teras depan dan berbincang ringan. Jarak kita hanya satu meja kecil dari dua bangku yang tidak lagi pernah kita tempati.
Lalu jika tiada lagi kata-kata, bolehkah suara nyaring biji congklak yang terbentur papan kayu menggantikan angan-angan percakapan ringan kita?
Untuk kawanku,
Kawan lamaku,
Seorang manusia yang selalu sepi dan tidak pernah mau ditemukan.
.
.sdt-
Komentar
Posting Komentar