Apa yang Masih Aku Punya?

Aku tidak lagi punya apa - apa untuk merayakan kehilangan. Atau menghadapi kematian, aku tidak tahu -- aku karangan bunga yang sepi, ucapan berbela sungkawa tanpa lagu-lagu sendu yang diputar seharian oleh orang-orang yang kehilangan.

Akulah pelukan yang mencari sepasang lengan di tengah pemakaman;

Akulah jam dinding di pasar barang-barang kuno; denting jarum jam yang tersedu,
terseok merayapi angka-angka tua yang siap tanggal.

Akulah lonceng pertunjukkan yang buta nada. Aku penari yang membenci gestur dan lentur.

Akulah dinding-dinding tinggi yang tak kuasa atas bunyi, hanya mampu menyamarkan nyaringnya menjadi gema, tanpa pernah memilikinya utuh sebagai suara.

Akulah sisa kepompong yang hilang ditelan angin, hujan di tengah hutan yang ramai sendiri dan hilang dalam sunyi.

Aku hanya sekumpulan ingatan yang berkelahi dengan waktu, hingga pupus harapku menjelma utuh sebagai kronologi,

dalam hidup yang lagi-lagi bertuhan pada sepi.

=====

ditulis pada tanggal 15 September 2018.

ditengah duka sepeninggal tanteku, Ester Sapasuru, semoga tenang bersama Bapa di surga;

dan ditengah gusar diriku yang tidak tahu menahu bagaimana caranya berbaik sangka pada hidup dan manusia, dalam hari-hari menunggu operasi yang kembali tertunda.

.sdt-

Komentar

Postingan Populer