Berkemas: Sudut Lengang


.
Dalam perpindahan, ada ruang-ruang yang sedikit banyak terlupakan. Saat aku berkemas, aku menyadari bahwa sejauh ini aku terlalu sibuk menyesaki sudut rumah dengan warna-warna, pajangan dinding, buku-buku, baju-baju, foto, dan segala hal yang ku harap memberi gairah dan menyiratkan kehidupan. Saat segala hal diangkat satu per satu, seluruhnya menjadi cerita dalam kotak kardus. Kardus itu dilakban, direkatkan, ditutup rapat, dan makna dari barang-barang itu kian berpulang.
.

Saat makna dari barang-barang itu kembali dalam kejayaannya yang sejati, dalam kotak penyimpanannya yang kekal, yaitu hati dan pikiran sendiri, aku mulai membaca sudut-sudut lengang sebagai titik yang paling ramai di rumah. Sudut-sudut itu, awalnya tidak begitu terasa "ada" karena selalu ditata sedemikian rupa. Aku mulai melihat bagaimana bentuk aslinya yang tegap dan renta, cat tembok mengelupas kecil termakan usia, goresan samar bekas rak buku dan rak baju, sampai sarang lebah di sudut langit-langit kamar. 
.

Dalam ruangan ini, ruang dengan sudut lengang yang ramai, suara cicak adalah nyanyian megah yang selama ini menghantarkan tidurku lebih lelap dari jutaan playlist lagu. Suara jangkrik, sisa-sisa kendaraan di pertengahan malam yang masuk lewat jendela, suara jam dinding, kipas angin, sampai detak jantung sendiri yang kadangkala terlalu cepat atau terlalu lambat, semua melagu bersama dalam nada yang tidak terburu-buru.
.

Sama halnya saat kita menemukan rumah dalam perjalanan atau orang-orang. Kita memberi nama dan kepunyaan pada segalanya. Sekali-kali, tak ada salahnya menanggalkan identitas relasi itu untuk kembali memaknai, sekali lagi, bagaimana teman lebih dari sekedar "temanku", tapi sebenar-benarnya manusia yang terhubung dengan banyak hal, banyak peristiwa, dan komunitas dalam hidupnya. Mama atau Papa lebih dari sekedar "mamaku" dan "papaku", tapi sebenar-benarnya manusia yang berjuang bagi pikiran dan perasaannya, dalam segala naik turun dan kepercayaan yang dipersembahkan bagi hidupnya. Kekasih lebih dari sekedar "kekasihku", tetapi sebenar-benarnya manusia yang juga mengalami perjalanan hidup dan cinta yang bermacam-macam. 
 .

Dengan demikian, rasa cinta dalam rumah akan terlepas dari segala hal yang coba kita namai, coba kita batasi dengan kata-kata dan simbol-simbol kita sendiri. 

.
Bagaimanapun, menata rumah adalah hal menyenangkan saat pertama kali kedatangan kita atau dalam waktu-waktu tertentu yang mengesankan. Namun, menyadari betul sudut-sudutnya yang lengang dan ringkih, yang alami dan sepi, adalah hal berharga tersendiri yang kembali membuat kita percaya bahwa rumah adalah esensi yang selalu kita definisikan dengan penataan kita sendiri. 
.

Aku jadi bertanya ada berapa banyak hal-hal yang melekat pada tubuhku, berapa banyak batasan dan kesempitan yang aku ciptakan? Dan dalam rangka memaknai tubuhku sebagai rumah yang juga berpindah-pindah, makna seperti apa yang aku punya sampai usiaku hari ini? Apakah aku lupa bentuk sudut lengang dalam diriku sebelum aku atau orang-orang menata sedemikian rupa? 

.
Salam hangat untuk rumah-rumah kita.
Dimanapun. 
Pada siapapun.
Dan kapanpun.

.

Yogyakarta, 11 Desember 2020.
.
sdt-

Komentar

Postingan Populer