Antara

.

Seorang penari terjungkal gaunnya sendiri di atas panggung,
dan seorang penyanyi kehilangan nada 'do' tinggi, suaranya turun dan pensiun;
duduk menjadi penonton bayaran di baris pertama;

Seorang badut pasar malam pulang ke rumah pukul tiga pagi,
Ia menenggak kopi dan sedikit frustasi
Sebab hingar bingar pasar semakin liar dalam kepalanya
Setiap kali ia menghapus bedak tebal dari runut wajah dan garis pipinya,
Ia melihat komedi putar sedang mencapai puncak tertinggi di kornea matanya yang kecoklatan,
   membawa serta wajah manusia yang sedang mabuk dan sibuk menunjuk;
dirinya, masa lalunya,
dan seluruh rahasia yang terlampau lelah dan payah ia jaga.

Hati kecilnya bergumam,
suara diam-diam merambat pada dinding-dinding dingin yang merenggang
Ada rasa-rasa lain yang mengetuk pintu dan hendak bertamu,
Namun aku kehabisan segelas susu
Untuk membuatnya lelap dan terjaga
Rebah tanpa harus takut pada apa-apa, pada segala yang belum terjadi
Sebab tak ada yang pasti
   Satu-satunya yang 'pasti' adalah 'ketidakpastian' itu sendiri.
   Satu-satunya yang 'pasti' adalah 'ketidakpastian' itu sendiri.

Seorang pengembara terlampau jauh hidup sebagai jeda, sebagai antara.
Ia rindu menjadi dewasa pada jiwanya yang masih remaja dan merah muda.
Ia bukan lampu merah atau lampu hijau,
Ia menjelma lampu kuning pada hitungan-hitungan singkat yang terlupa.
Ia menjelma lampu remang di ruang-ruang kafe atau angkringan yang hendak tutup.
Ia menjelma lampu jalan yang tidak lagi menyorot sempurna pada jalan-jalan yang terlampau gamang di pergantian hari yang lengang;

Sudah waktunya lelap;
Mengapa kau sibuk menutup jendela?
Maling tak akan mencuri apa-apa
Maling tak akan mencuri apa-apa
Maling tak akan bisa,
Mencuri apa saja, 
Dari segala yang memang tidak pernah kita punya.

Tidur saja tanpa gaduh,
Sebab subuh tak segan-segan berlabuh dan tiba-tiba membunuh.


Jakarta, 20 November 2022.

.sdt

Komentar

Postingan Populer