Mendengar Suara Sore: Sebuah Percakapan


Kalau ada yang berkata "kamu berubah sekarang", biarkan saja. Sebab apa dan siapa yang tidak berubah? katanya.
 
Tidak ada yang kekal.

Mulutnya masih berasap sehabis menyesap sebatang rokok. Rambutnya tergerai panjang, bebas menyentuh bahu dan punggungnya yang sudah meronta ingin rebah sejak satu jam lalu. Aku memandangi wajahnya yang tersiram cahaya kekuningan dari lampu jalan. Bibirnya kehitaman, matanya sayu dan nanar, namun tawanya masih merekah tak henti-hentinya sejak kami mulai berbincang dua jam lalu.

Aku sudah tidak takut apa-apa lagi, San. Karena tidak ada yang aku punya saat ini. Semakin sedikit hal yang melekat padamu, maka semakin tipis rasa takutmu.

Perempuan bermata biru gelap ini menggelung rambutnya, membiarkan lehernya yang jenjang kedinginan. Pukul setengah enam sore, tidak ada suara lain di luar kepala kita selain jangkrik dan kucing liar yang menggaruk tong sampah. 

Selama dua jam terakhir, duduk bersama seorang perempuan yang terlampau jauh hidup di tengah laut. Hari-harinya adalah laut biru. Orang-orang di pesisir ketakutan dan gemetar menyaksikan ombak pasang surut tanpa tanda-tanda, bertabrakan satu sama lain, menghempaskan diri sejadi-jadinya pada tubuh karang yang tegap sekaligus nyilu. Tapi baginya ombak adalah nyanyian paling baik seumur hidupnya, yang mengisi kekosongan pada dadanya yang hampir bersarang. 

Dan, lebih-lebih lagi, suara ombak adalah nyanyian kasur yang memanggil punggungnya untuk lelap dan tidur. 

Kadang-kadang, orang tidak ditakdirkan sebagai tujuan. 
Kadang-kadang, orang memang hanya ditakdirkan hadir sebagai perjalanan.

Aku sedikit menghela napas dan meresapi obrolan kala itu. Aku memilih tidak berkata-kata sebab kepalaku sudah terlalu sibuk. Dalam hati aku bertanya, bagaimana bisa memilah perjalanan dan tujuan, sementara keduanya bisa bertukar tempat begitu cepat. Perjalanan dan tujuan bagai ombak dan pesisir yang saling memeluk.

Lagi-lagi matanya menerawang bebas, seolah menyaksikan banyak hal berlalu-lalang, sampai-sampai sorot matanya berhenti pada satu titik; 

pada mataku.

.-sdt




Komentar

Postingan Populer