Kemarahan di Hari yang Ramah


Kepada Z,

Aku tahu perasaanku tidak pernah diperhitungkan, maka aku menghitungnya sendiri: dari ganjil hingga genap, aku akan menimang dan mendekapnya sampai lelap. 

Tidak apa-apa jika perasaanku tidak mendapat tempat, aku akan mengajaknya berkelana dengan kakinya sendiri, dan menemukan tempat-tempat lain yang lebih hangat dan lekat, menerima kehadirannya dengan tangan terbuka, seperti rumah dengan cerobong asap di malam salju, bukan seperti dirimu, sepetak tanah di malam persami yang habis dimakan kedinginan dan kehampaannya sendiri.

Semua berkata seharusnya aku marah, namun aku tahu bahwa kau yang tahu, kalau aku lebih dari itu. Aku sudah bergegas, meringkas seluruh barang, benda-benda, dengan segala yang melekat padanya: ingatan-ingatan, perasaan-perasaan, yang sudah bukan kanak-kanak lagi. Ia sudah tumbuh gigi dan mulai bisa berlari. Maka aku tidak meninggalkan sedikitpun tanda-tanda dan peringatan-peringatan yang memberi persinggahan pada kita. Aku hanya ingin ada kau, dan ada aku. 

Silakan berbahagia pada hal-hal yang tidak ingin aku ketahui lagi, dan juga bersedih karenanya. Kau hanya ingin tahu untuk dirimu sendiri, untuk memberi makan egomu, berbisik pada dirimu sendiri bahwa kau maha tahu, karena seluruh manusia sudah berteriak lama kepadamu bahwa kau tidak pernah tahu apa-apa.

Kini aku mendengarmu seperti radio rusak yang dimakan usianya sendiri, sudah tidak kenal nada dan bernyanyi semaunya, menangkap pancaran sinyal seadanya, dan tiba-tiba mati tengah malam saat yang lain sudah lelap dan lupa bahwa kau ada.

Selamat tinggal untukmu, dan hal-hal yang tanggal dari kita. 


Serang, 8 Agustus 2023.


.sdt-

Komentar

Postingan Populer