Sesaat Sebelum Aku Keluar dari Kepalaku

.

Di sini, di dalam kepalaku, semuanya bertabrakan dan saling bertindihan;
Di sini tidak ada keteraturan, atau aturan aturan, semua lepas bergejolak, bergerak, tumpah ruah dan bergairah.

Di sini, di dalam kepalaku, tidak ada yang tidak boleh, maka aku memelukmu tuan, tanpa takut, tanpa perlu merasa kalut.
Aku bisa merunut pelan-pelan wajahmu dan ia begitu rupa: harum, segar, seperti anak anak sungai.
Aku ingin berlarian di kepalamu, menyisir setiap helai rambutmu, lalu berlama-lama aku terguling di kening, merosot lewat hidungmu dan tertawa aku, tertawa lagi sekali dua kali, dan aku lelap di pipimu yang menghangat, dan tenggelam dalam telingamu; 
menyelami segala bunyi, menjadi satu-satunya yang kau dekap saat lelap.

Di sini, di dalam kepalaku, aku bisa memutar suaramu bercerita sampai seribu kali, tuan;
aku tidak pernah jengah, tidak bosan, tidak lelah.
Aku bergembira mendengar suaramu begitu lincah melompat, ia terpantul di semua dinding kepalaku, 
Tawamu bisa membuncah dan bergema mendaki ke seluruh nada, dan lagi-lagi aku bergembira sebab tak perlu takut lupa.

Di sini, di kepalaku, mengapa aku terus terbayang saat kau bercerita sambil bertanya dan matamu memancarkan kegetiran: apa memang tidak pernah ada kita?

Tuan, aku ingin menyalakan api dan membuat semuanya merah; sebab aku marah; kau sibuk bercerita tentang hujan di kotamu, dan aku sibuk bercerita tentang petir dan badai; 
kita lupa bahwa kita punya cerita yang sama, kita adalah mendung yang harus lekas bergegas dan menentukan.

kita mendung yang harus bergegas;
harus lekas;
harus lepas.

Tuan, sebelum semuanya terjadi, izinkan aku menikmati apa yang ada di dalam kepalaku, ia begitu jujur; apa adanya; aku bisa berlama lama tinggal pada hal-hal yang tidak pernah bisa kita punya diluar kepala ini.

Tuan, segera setelah tulisan ini selesai, aku akan keluar dari kepalaku, dan semua kembali seperti sediakala:
   - tidak pernah ada kata
   - tidak pernah ada kita 


.sdt-

Komentar

Postingan Populer