Hanya Boleh Disini
Sejak semula aku percaya, bahwa puisi adalah bandara paling baik untuk menerbangkan perasaan - perasaan yang perlu kita lepaskan.
"Tidak baik menahan segala sesuatu, ada baiknya diikhlaskan", seorang teman berkata padaku setelah pemakaman. Melepaskan adalah bentuk lain dari mencintai; melepaskan adalah kawan baik dari rasa-rasa lain, dari memberi, memeluk, dan bentuk-bentuk cara mencintai lainnya ----- meski aku tahu sehari setelah temanku berkata demikian, ia tidak bisa tidur semalaman karena menangis, saat mencium aroma tubuh ibunya yang tersisa di tumpukan baju kotor, persis sehari setelah ibunya berpulang.
Aku tidak pernah tahu, apakah kau membaca tulisan ini atau tidak, tapi segala yang hidup dalam hatiku --- untukmu --- tidak pernah mati. Ia hidup, terus hidup, terus bertumbuh seperti bayi yang telah beranjak batita, balita, lalu remaja. Ia dihidupi oleh diksi, oleh metafor-metafor yang diteguk bermalam-malam, seringkali membuatku mabuk dan sedikit meracau: aku ingin kau tidak hidup dalam puisiku saja, aku ingin kau merobek sajak ini dan masuk dalam duniaku.
Namun sayangnya tidak bisa. Tidak. Kau tetap harus ada disini. Hanya boleh hidup disini. Kau harus terus dipeluk oleh kata-kata dan tidak beranjak kemana-mana.
Namun kau tahu, sebagaimana puisi adalah bandara paling baik, ia tidak hanya merekam tentang kepergian dan kehilangan, namun juga perjumpaan-perjumpaan yang menggembirakan dan menggairahkan.
meski hanya boleh disini;
hanya cukup di sini;
di dalam puisi ini.
Serang, 21 Juli 2024.
- sdt.-
Komentar
Posting Komentar