Catatan Harian: Hatiku (Ternyata) Bukan Kota yang Diamuk Badai
Seharusnya hari ini, hatiku menjelma kota yang diamuk badai: kecil menggigil, runyam dan lebam. -- namun mengapa ia menjelma taman rindang yang syahdu, yang tidak takut daunnya gugur menguning, dan percaya tumbuh hijau kembali pada musimnya? Sekali-kali aku tahu bahwa Engkau saja yang memberi ketenangan bagi hatiku, aku seperti dibasuh oleh air sungai yang jernih dan segar seluruh tubuhku; segar seluruh jiwaku. Aku bukan Daud; aku tidak punya kecapi dan tidak lihai memetiknya, tapi biarlah setiap hari mataku melahirkan nada-nada; aku kagum memandang segala yang jauh, segala yang tumbuh, dengan penuh rasa cinta yang menggebu-gebu aku ingin seluruh rasa syukurku berlabuh. Aku kira, hatiku adalah pantai yang hancur diamuk gelombang pasang; -- namun bersama Engkau, perahu kayu di tengah taufan yang menghadang laut pun menjadi anak - anak kecil yang jatuh pada pelukan ibunya selepas bermain, saat Kau bilang: reda dan tenang. Reda dan tenang. Demikian jalan-jalanku tidak lagi muram, sebab c